Minggu, 22 November 2009

A Love Letter to Rasul

This is a love letter I made at RADIUS 2009. Actually it’s quite embarrassed to write it here. But after I think it back, it’ll be more useful if I post it. Hopefully...

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dear Rasulullah saw…



Izinkanlah aku menulis sepucuk surat untukmu, meskipun baru sedikit sekali yang kuketahi tentangmu, hanya dari apa yang orang-orang dan buku-buku katakan.

Tetapi, pengetahuanku yang sedikit itu terlanjur melahirkan rasa kagum, hormat, terima kasih, rindu, dan berdebar-debar ingin bertemu denganmu, ya Rasul. Aku ingin melihat seperti apa rupamu, seperti apa engkau berjalan, bagaimana engkau berutur kata, dan aku ingin melihat sendiri bagaimana akhlak muliamu yang selalu dibicarakan orang-orang.

Kudengar kisah tentang pengemis Yahudi buta di pasar Madinah yang setiap hari selalu berkata pada orang-orang, “Jangan dekati Muhammad, dia itu pembohong, tukang sihir, bila kalian mendekatinya, kalian akan dipengaruhinya.” Namun, setiap pagi ada seseorang selalu mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata apa-apa menyuapkan makanan yang dibawanya pada pengemis itu. Dan ternyata, orang itu engkau, ya Rasulullah….!

Begitu mulia akhlakmu, ya Rasulullah. Sungguh tauladanmu menjadi motivasi besar bagiku . Aku benar-benar ingin bisa mentauladanimu…

Rasulullah, kudengar, awal perjuanganmu menegakkan Islam ini sangat berat. Siksaan demi siksaan menghadangmu dan sahabat-sahabat di masamu.
Dapatkah aku setegar dan setabah sahabat-sahabatmu bila aku hidup di masamu, dan menempuh ujian serupa dalam menegakkan agamaNya? Atau, apakah aku akan menjadi lemah dan menyerah... hingga meninggalkan perjuangan bersamamu, ya Rasul?

Rasulullah, kudengar, engkau shalat malam hingga kakimu bengkak karena panjangnya bacaanmu. Padahal, engkau telah mendapat jaminan akan surgaNya, kan Rasulullah? Dan ternyata, kudengar, engkau begitu adalah karena rasa cintamu padaNya.
Bisakah aku mencintaiNya seperti cintamu padaNya?

Rasulullah, kudengar di detik-detik akhir kehidupanmu di dunia, engkau masih dipenuhi kecemasan. Dan yang kau cemaskan adalah kami, umatmu ini kah Rasul? Kata-kata terakhir yang kau ucapkan adalah, ”Ummati.. ummati...”
Sungguh aku malu bila ternyata rasa cintamu pada kami lebih besar dibanding cinta kami padamu.

Rasulullah, kudengar, engkau pernah berkata bahwa kelak, orang yang mencintaimu akan bersama-sama masuk surga bersamamu.

Aku berharap, sangat berharap, bahwa aku kelak termasuk di antara orang-orang tersebut.....

8 komentar:

  1. Assalamu'alaykum Dela...(eeh, benarkah??

    hehe....


    ini kak Fathel, generasi 6 ^^

    Keep posting yah Del...^^


    Tetap semnagat...!!

    BalasHapus
  2. eihh..iyaah..

    kakak link kan blog nya yaaah....^^

    BalasHapus
  3. selamat yah..udah menang..hheheh

    bagussss...bgt suratnya

    oia, there's award 4u, here http://checool.blogspot.com/2009/12/award-lagi.html

    BalasHapus
  4. Wa'alaikumussalam wr.wb.
    kak fathel... syukran uda comment & brkunjung k blog ini...^_^
    (btw, bukan dela k', tapi 'meisya'. he2..^^ 'Blog de la Meisya' tu bahasa Prancis sbnrnya k', artinya 'Blognya Meisya')

    sip k', msya jg mw link blog kk boleh y..?:D

    BalasHapus
  5. Ice.....!!!
    hahay...makasi awardnya... mdh2n bisa ajdi pnyemangat bwt truz nge-post d blog ini!>_<

    BalasHapus
  6. subhanallah..mantap, dapek dari kisah nyo mesa??

    BalasHapus
  7. mai -mai aq juga mau link kan blog ini yah

    BalasHapus

Comments:

Entri yang Diunggulkan

Saling mengingatkan pada kebaikan

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman ...