"PELMEN.. PELMEN COKELAT..!!" teriak
seorang anak berusia 2 tahun di sela isak tangisnya.
"Maaf ya, nak. Haza belum boleh makan permen itu" ujarsang Ibu berusaha menenangkan, namun tangisannya semakin kencang.
"Maaf ya, nak. Haza belum boleh makan permen itu" ujarsang Ibu berusaha menenangkan, namun tangisannya semakin kencang.
Sudah hampir 2 menit ia menangis sambil berteriak seperti ini, duduk mengentak-hentakkan kakinya ke lantai. Orang-orang di supermarket mulai menatap mereka dan berbisik-bisik. Sang Ibu malu. Kini si anak mulai berbaringi dan menggeliat sambil menangis dan berteriak kencang meminta permen yang diinginkannya. "Apa yang harus kulakukan? Apakah kuturuti saja keinginannya kali ini agar kami bisa kembali berbelanja dengan damai?" pikir sang Ibu
””
Apakah anda pernah mengalami
kejadian bersama anak seperti ilustrasi di atas? Berapa kali? Apakah pernah terjadi di tempat umum
juga?
Kisah di atas merupakan
ilustrasi perilaku tantrum pada anak.
Berbagai literatur mendefinisikan tantrum sebagai ledakan emosi yang kuat, disertai rasa marah serta serangan agresif berupa menangis, menjerit-jerit, melempar barang, menahan nafas atau menghentak-hentakkan kedua kaki dan tangan ke tanah. Tantrum merupakan perilaku alamiah pada anak, dengan puncaknya pada usia 2-4 tahun. Perlu diketahui oleh orang tua bahwa tantrum dilakukan oleh seorang anak untuk keluar dari kondisi ketidaknyamanannya.
Berbagai literatur mendefinisikan tantrum sebagai ledakan emosi yang kuat, disertai rasa marah serta serangan agresif berupa menangis, menjerit-jerit, melempar barang, menahan nafas atau menghentak-hentakkan kedua kaki dan tangan ke tanah. Tantrum merupakan perilaku alamiah pada anak, dengan puncaknya pada usia 2-4 tahun. Perlu diketahui oleh orang tua bahwa tantrum dilakukan oleh seorang anak untuk keluar dari kondisi ketidaknyamanannya.
Nah, bagaimana mengatasi tantrum pada anak,
terutama apabila terjadi di tempat umum seperti supermarket, restoran atau
bahkan pesawat? Apakah mengabulkan
keinginan anak saat tantrum adalah
solusi yang tepat, seperti ilustrasi di atas misalnya?
Tidak.
Jika anda mengabulkan keinginannya, mungkin anak anda akan langsung
tenang dan anda pun terselamatkan dari rasa malu saat itu. Tapi anak akan kembali menggunakan tantrum di
masa yang akan datang sebagai senjata untuk mendapatkan keinginan-keinginan
berikutnya.
Berikut ini beberapa tips yang penulis dapatkan
dari beberapa literatur dan sedikit pengalaman pribadi mengenai mengatasi anak
yang mengalami tantrum di tempat umum:
·
Lakukan pencegahan layaknya slogan “Sedia
payung sebelum hujan” dan “Mencegah lebih baik daripada mengobati”.
Ingatlah bahwa emosi anak akan lebih
mudah lepas kendali apabila kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi, misalnya kebutuhan
makan dan istirahat. Maka sebelum
bepergian, jangan lupa pastikan anak anda telah makan dan istirahat cukup. Anda juga bisa menceritakan pada anak
mengenai tempat yang akan dikunjungi, mengerjakan apa saja dan berapa
lama. Jika akan bepergian dalam waktu
lama, maka sediakan buku atau mainan anak untuk dibawa. Hal ini akan membuat
anak lebih merasa aman dan siap.
Membuat kesepakatan dengan anak sebelum
bepergian juga merupakan solusi yang jitu.
Misalnya jika anda pergi ke supermarket biasanya anak akan selalu
merengek minta dibelikan mainan baru. Maka
sebelum berangkan buat kesepakatan bahwa anda dan anak hanya akan membeli bahan
makanan dan tidak membeli mainan.
·
Tetap tenang, jangan terpancing dan
jangan ikut berteriak seperti anak
Jika tantrum terlanjur terjadi, maka
hal penting yang perlu anda lakukan adalah tetap tenang. Jangan terpancing dengan berteriak pada anak
karena anak akan semakin emosi. Tarik nafas dalam, segera
istighfar dan berdo’a agar Allah memberi kebijaksanaan dan kelembutan hati
dalam menghadapi anak.
Ingatlah bahwa anak belum memiliki
keterampilan yang memadai bagaimana cara memuaskan keinginan mereka. Mendengar jawaban “tidak” dari anda ditambah
lelahnya mengikuti kegiatan anda seharian sudah cukup membuatnya frustasi. Mengingat kembali hal ini dapat membuat anda
lebih mengerti keadaan anak dan anda dapat lebih menunjukkan empati padanya.
Coba peluk anak dan buat ia yakin bahwa anda menyayanginya. Namun jika anak justru mencakar atau memukul
jika dipeluk, maka lepaskan pelukan. Hal
ini dapat memicu orang tua bertindak kasar pada anak.
·
Alihkan perhatian anak
Ketika di rumah, terkadang cara
paling baik mengahadapi anak adalah dengan mengabaikannya. Tapi tentu saja anda tidak dapat membiarkan
anak tantrum di tempat umum. Anda bisa bisa mencoba mengalihkan perhatiannya
dengan mengatakan sesuatu seperti, “Yuk, kita lanjutkan belanjanya, Kita ambil
pisang kesukaan adek sama-sama, yuk.”
Ketika tangan-tangan kecil sibuk, maka perlahan anak akan melupakan
kekecewaannya.
·
Bawa anak keluar
Membiarkan anak menangis dan
berteriak di tempat umum mengajarkan anak bahwa ia boleh mengganggu orang lain. Jika anak sudah sangat mengganggu bawa anak keluar atau tempat
lain yang lebih terpencil. Selain agar
tidak mengganggu orang lain, bisa jadi memindahkan anak juga berarti
mengeluarkannya dari lingkungan yang membuatnya gelisah. Di tempat baru mungkin perasaan anak dapat
menjadi lebih tenang, hanya berdua dengan anda di tempat yang aman dan nyaman.
·
Abaikan perilaku anak jika
memungkinkan
Terkadang anak melakukan tantrum untuk
mencari perhatian orang tua. Maka
rekomendasi terbaik bagi orang tua pada situasi ini adalah abaikan perilaku
anak sampai ia tenang dan tantrumnya hilang.
Jangan lupa, penting pastikan anak tidak dalam bahaya dan tidak
membahayakan orang lain. Jika anak
memukul atau menendang, katakan dengan tegas, seperti “Jangan memukul.”. Hal ini agar anak tahu bahwa perbuatan itu
tidak diperbolehkan.
Nah
setelah tantrum mereda, berikan anak pelukan. Yakinkan anak bahwa anda menyayanginya. Seiring dengan bertambahnya usia, insyaAllah anak akan belajar bagaimana
mengekspresikan dirinya lebih baik.
Semoga bermanfaat.
#RumbelIIPAceh
#IbuProfesionalMenulis
#KamisMenulis
#LewatDL
Referensi:
Bell, Alison. Taming a Public Temper Tantrum. https://www.parenting.com/article/taming-a-public-temper-tantrum
Syamsuddin. Mengenal Perilaku Tantrum dan Bagaimana Mengatasinya. Informasi. 2013. Vol 18. No 02.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comments: