Minggu, 31 Desember 2023

Self Reflection

There was an important thing I learnt and realized yesterday. Honestly I started to think about it based on a simple experienced. When I was queueing in a minimarket, there was another customer ask my permission to put him first and cut the queue.  At that time, my shopping cart full of groceries whereas he only have one item to buy.  Normally, I will just let it be, casually and sincerely will just say "okay, sure", or something like that. But at that moment I felt annoyed, resentful and another bad feeling, althought I didn't say anything.  After that on the way home, I was thinking further about it, honestly this is not the only time I feel irritable lately.  There were many moments lately when I easily feel annoyed because of simple things. Why? Finally I realized, I remembered one of hadits about Iman is rises dan falls.  If I think about it further, lately I haven't been doing enough ibadah sunnah such as tilawah, dhuha, infaq, etc, indirectly it affected the decline of my iman. The decline in iman affected the condition of my mood and akhlak. Alhamdulillah Allah SWT made me realized, 😭

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚاِنَّكَ اَننْتَ الْوَهَّابُ

Selasa, 04 Desember 2018

Anak Tantrum di Tempat Umum, Bagaimana Mengatasinya?



"PELMEN.. PELMEN COKELAT..!!" teriak seorang anak berusia 2 tahun di sela isak tangisnya.
"Maaf ya, nak. Haza belum boleh makan permen itu" ujarsang Ibu berusaha menenangkan, namun tangisannya semakin kencang.

 Sudah hampir 2 menit ia menangis sambil berteriak seperti ini, duduk mengentak-hentakkan kakinya ke lantai.  Orang-orang di supermarket mulai menatap mereka dan berbisik-bisik. Sang Ibu malu. Kini si anak mulai berbaringi dan menggeliat sambil menangis dan berteriak kencang meminta permen yang diinginkannya.  "Apa yang harus kulakukan? Apakah kuturuti saja keinginannya kali ini agar kami bisa kembali berbelanja dengan damai?" pikir sang Ibu 

””

Apakah anda pernah mengalami kejadian bersama anak seperti ilustrasi di atas? Berapa kali? Apakah pernah terjadi di tempat umum juga? 


Kisah di atas merupakan ilustrasi perilaku tantrum pada anak. 

Rabu, 28 November 2018

Ayah



 “Brrrmmm…!!.”  Suara mesin mobil dihidupkan diringi suara pagar dIbuka menyentak membangunkan tidurku.  Aku yang saat itu masih kecil, berlari menuju pintu depan sambil menangis, merengek agar Ayah tak pergi.  Tak ingat berapa umurku saat itu.  Yang jelas kejadian ini selalu berulang  setiap minggu, terekam dalam memori masa kecilku . 

Setiap senin dini hari, Ayah akan menghidupkan mesin mobil, membuka pagar rumah dan berangkat ke kota lain.  Ya, Ayah berkerja di kota lain dengan jarak lebih kurang 3 jam dari rumah. Aku, Ibu dan adik-adik tetap di sini.  Lazimnya, Ayah akan kembali Sabtu siang berkumpul bersama kami.  Kami menjalani kehidupan seperti ini selama lebih kurang 12 tahun sebelum akhirnya Ayah memboyong kami  bersama.
Hampir seluruh masa kanak-kanak kuhabiskan jauh dari Ayah.  Namun, Alhamdulillah tak pernah aku merasa kekurangan limpahan kasih sayang dan perhatian dari sosok Ayah.  Memori masa kecilku penuh dengan kenangan-kenangan indah bersama Ayah.  Ayah selalu mengizinkanku dan adik bermain hujan (mandi hujan) di saat Ibu enggan memberikan izin.  Ayah lah yang mengajariku mengendarai sepeda roda dua.  Jatuh terluka dan bangkit kembali kupelajari dari Ayah.  Hal ini bahkan berlanjut sampai dewasa ketika bersama Ayah lah aku paling nyaman belajar mengendarai sepeda motor dan mobil.
Meski hanya bertemu 2 hari sepekan tidak membuat Ayah menyerahkan urusan pendidikan kami sepenuhnya pada Ibu.  Ayahku adalah Ayah yang berusaha menjaga diri dan keluarganya dari api neraka.  Masih kuingat betapa dulu Ayah adalah yang paling sering menanyakan shalatku.  Dan masih tersimpan dalam memori masa kecilku ketika Ayah marah karena aku berbohong mengatakan aku sudah shalat, padahal belum.
Ayahku adalah abdi negara, abdi masyarakat.  Berkumpul bersama Ayah dalam satu atap setelah 12 tahun tinggal di kota yang berbeda, membuatku melihat kesIbukan Ayah selama ini.  Pergi pagi pulang sore, terkadang sampai malam tak kunjung tiba.  Semakin tinggi karir Ayah semakin tinggi pula kesibukan beliau.  Kami telah biasa ditinggal Ayah kerja saat hari libur, atau bahkan tengah malam ketika ada telepon mengabarkan terjadi bencana atau kemalangan di kota.  Hingga suatu saat aku menyadari bahwa Ayah bukan hanya milikku tapi juga milik masyarakat kota ini.
Di tengah kesibukan Ayah pun, Alhamdulillah aku tetap tak merasa kehilangan sosok Ayah.  Ayah selalu menjadi sosok panutan dengan kejujuran dan teguh pendiriannya.  Ayah selalu mengajarkan kami untuk selalu bergantung pada Allah, bukan yang lain. Bahkan sampai hari ini pun pesan dan nasihat Ayah mampu menentramkanku kala kegalauan melanda.
Pernah, suatu ketika aku menginap di rumah Ayah dan Ibu.  Saat itu aku telah menikah, memiliki bayi dan berdomisili di kota lain.  Itu adalah masa-masa di mana Ayah paling sibuk.  Lebih kurang pukul 1 malam, di tengah kantuk ketika tengah menyusui bayi, aku mendengar bunyi pintu garasi terbuka dan membatin “Oh Ayah telah pulang”.   Pukul 4 dini hari aku terbangun kembali dan mendengar suara-suara di luar kamar.  Ternyata Ayah yang di luar, shalat tahajud. 
Wajar bagiku yang waktu itu sedang menyusui bayi ASI ekslusif untuk terbangun pada malam dan dini hari. Tapi Ayah?  Tak dapat kubayangkan betapa lelahnya Ayah saat pulang pukul 1 malam, dan ternyata pukul 4 telah berdiri lagi untuk shalat malam.  Dan kudengar lagi dari balik pintu kamarku, ternyata Ayah melanjutkan shalatnya dengan membaca Al Qur’an, sebelum kudengar lagi pintu garasi terbuka menandakan Ayah berangkat shalat subuh ke mesjid.  Dan kuamati selama menginap, itu tidak hanya terjadi satu malam, tapi juga malam-malam berikutnya.  Kupikir, di sanalah sumber energi Ayah menghadapi segala bentuk masalah, yang hampir tiap hari datang menyinggahi.  Ya, dibanding orang biasa seperti aku, Ayah dan Ibu selalu memiliki segudang masalah untuk dihadapi.  Tak ubahnya ikan-ikan laut yang tetap segar tiba di daratan, karena dimasukkan nelayan ke dalam tangki bersama hiu-hiu kecil yang selalu mengejar.
Di usia sekarang, sudah sepatutnya Ayah bersantai, menikmati lebih jauh keintiman beribadah kepada Allah swt serta bermain bersama cucu-cucu.  Tak perlu lagi Ayah menghabiskan dana, tenaga maupun pikiran untuk orang banyak. 
Tapi Ayah adalah ayah yang selalu mengajariku dan adik-adik untuk selalu meneladani Nabi Muhammad saw.  Rasulullah pun menapaki hari tua dengan tetap tidak beristirahat, beliau tetap dalam kesibukan mengurus umat.  Semoga Allah swt selalu menjaga, melindungi dan menyayangi Ayah yang selalu mennjadi teladan dalam kesabaran, kejujuran, kerja keras dan keihklasan. Aamiin.. 

#RumbelMenulis IPAceh
#KamisMenulis
#Ayah


Selasa, 20 November 2018

‘A’ Home Team: Home Team dengan Grade “A” Ala Bu Septi dan Pak Dodik

            Alhamdulillah… Ahad tanggal 11 November lalu Allah memberikanku kesempatan bisa hadir di seminar IIP Aceh bersama Bu Septi dan Pak Dodik di Banda Aceh.  Tentu kesempatan belajar ini tak lepas dari andil suami tersayang yang memberikan izin, rela berganti peran menemani Ahnaf dan Harits, serta tak lupa memberikan ongkos belajar, hehe..
Jauh sebelum hari seminar tiba, aku sudah sangat excited.  Aku sangat penasaran dengan sosok Bu Septi, bagaimana beliau berbicara, menyampaikan materi, intonasi, gesture tubuh beliau, dsb.  Karena itulah saat seminar aku sengaja duduk di barisan terdepan yang paling memungkinkan agar puas menyerap ilmu dari beliau.
Bu Septi mendapat giliran pertama untuk berbicara dan di awal penyampaian, beliau menampilkan dua buah gambar. 

Jumat, 19 Oktober 2018

Ibu Hamil Seharusnya Menjadi yang Paling Bahagia


Kehamilan lazimnya merupakan anugrah yang dinanti-nanti setiap wanita.  Begitu juga bagi diriku, Alhamdulillah Allah swt memberikan rezekiNya setelah 6 bulan menikah.  

Masih teringat saat-saat menjelang hamil anak pertama, deg-deg an bercampur rasa takut kecewa setiap kali akan memeriksa menanti-nanti munculnya ‘dua garis’.  Dan saat tanda ‘dua garis’ akhirnya mucul, terasa seperti ada kupu-kupu beterbangan di perut.   Wah..  Apakah itu adalah pertanda rasa bahagia, jatuh cinta, atau berdebar-debar menghadapi hari-hari ke depan karena Sang Maha Pencipta telah menitipkan makhluk kecil di dalam rahim?

Jumat, 19 Januari 2018

Ketika Ahnaf Sakit dan Perbedaannya Dibanding 6 Bulan yang Lalu

“Cobaan akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya)

Hari jum'at,1 minggu yang lalu Ahnaf sakit.  

Awalnya mengeluh sakit perut,... bunda mengira sakit perut biasa karena belum makan.  

Kemudian matanya merah seperti akan menangis sambil mengeluh sakit perut,... bunda mulai cemas sambil memeluk, mencium pipinya & mulai melakukan pemeriksaan abdomen: nyeri tekan, nyeri lepas, sambil menawarkan berbagai hal yang dirasa dapat menurunkan panasnya.  Mulai dari menawarkan makan nasi, kompres hangat di perut (si anak sholeh malah minta perutnya dikompres es batu..), sampai dengan gendong di bahu dengan selimut monyet.

Lalu badannya mulai panas: 38.5,... Bunda semakin cemas dan mulai berpikir segala kemungkinan sampai dengan yang terburuk: appendicitis, meskipun prevalensi appendicitis pada anak rendah, apalagi 2.5 tahun.

Alhamdulillah Ahnaf termasuk anak yang jarang sakit.  Terakhir demam bisa dibilang lebih dari 6 bulan yang lalu.

Nah, yang menarik adalah perbedaan Ahnaf yang sedang sakit sekarang dengan Ahnaf yang sakit saat 6 bulan lalu.

Ahnaf yang sekarang bisa minum obat sendiri, bahkan request obat.. Yang mana dulu hampir selalu dipaksa, sekarang dibujuk dengan logika-logikanya, dan bahkan minta memasukkan obat sendiri ke dalam mulut.  “Minum obat sendiri aja.. Ahnaf kan sudah besar, bun.. “

Perkembangan kemampuan analisinya, seperti: “Ahnaf minum obat aja, bun, supaya ga sakit lagi perutnya “.  “Kan sudah minum obat, tapi kok masih panas, bun..? Ini panas, nih, pipinya juga” sambil memegang dahi & pipi.  “Kok minum obat, bun? Kan perutnya tidak sakit lagi”.

Alhamdulillah, sekarang si anak sholeh sudah sehat. Semoga Allah selalu menjagamu, nak.. Teruslah menjadi pelita yang menerangi jalan ayah & bunda dalam menggapai cinta & ridho Allah swt. Teruslah bersinar hingga menjadi bintang kebanggaan Islam.

Jumat, 12 Januari 2018

Ahnaf Bisa Menggunakan Obeng Sendiri

“Your eyes are a reflexion of your spirit” anonim.

Berbicara tentang semangat, Alhamdulillah Ahnaf adalah anak yang penuh semangat, terutama ketika bercerita (bisa berbicara 5 menit ga putus-putus.. XD). 

Akhir-akhir ini Ahnaf sangat bers
emangat mengenai mobil. Mulai dari selalu bertanya atau pun bercerita mengenai warna mobil, kaca spion, membandingkan mobil kakek, pak uwo, andung dan angku hingga bolak balik ke garasi mengelilingi mobil melihat roda, ataupun minta digendong untuk membuka-menutup kaca spion mobil di garasi.


Begitu pun hari ini, saya menemukan mata Ahnaf berbinar binar ketika melakukan sesuatu terkait mobil.  Yup, mengutak-atik mobil mainannya! Ahnaf penasaran apakah ada sopir di dalam mobil mainannya, apakah ada stir, gigi mobil dan lainnya hingga akhirnya mengambil obeng dan membongkar si mobil mainan.  Saya pun terkaget-kaget karena ternyata ia sudah bisa menggunakan obeng sendiri!

Entri yang Diunggulkan

Saling mengingatkan pada kebaikan

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman ...