Jumat, 19 Oktober 2018

Ibu Hamil Seharusnya Menjadi yang Paling Bahagia


Kehamilan lazimnya merupakan anugrah yang dinanti-nanti setiap wanita.  Begitu juga bagi diriku, Alhamdulillah Allah swt memberikan rezekiNya setelah 6 bulan menikah.  

Masih teringat saat-saat menjelang hamil anak pertama, deg-deg an bercampur rasa takut kecewa setiap kali akan memeriksa menanti-nanti munculnya ‘dua garis’.  Dan saat tanda ‘dua garis’ akhirnya mucul, terasa seperti ada kupu-kupu beterbangan di perut.   Wah..  Apakah itu adalah pertanda rasa bahagia, jatuh cinta, atau berdebar-debar menghadapi hari-hari ke depan karena Sang Maha Pencipta telah menitipkan makhluk kecil di dalam rahim?
Dan ketika pertama kali tahu hamil anak kedua pun aku juga mengalami rasa itu.  ;D

Berbicara mengenai kehamilan, mengingatkanku kembali pada kenangan saat menjalani kepaniteraan klinik (istilah gaulnya ‘koas’) bagian Obgyn di salah satu rumah sakit di kota Padang.  Saat itu qadarullah aku dipertemukan dengan seorang pasien bernama Ibu Marasai (‘Marasai’ dalam bahasa minang artinya sengsara). 

Ibu Marasai ini adalah seorang penderita osteogenesis imperfekta (kerapuhan tulang) dengan tinggi badan hanya lebih kurang 1 meter.  Usia beliau waktu itu sekitar 27 tahun dan selama hidupnya yang 27 tahun itu beliau hanya bisa berbaring di tempat tidur.  Ya, ajaibnya Allah berkehendak beliau dapat hamil.  

Kalau saya tidak salah ingat waktu itu, ini adalah kasus pertama di Indonesia.  Nah, Ibu Marasai, yang sedari kecil hanya dapat berbaring di tempat tidur, dan bahkan dari bayi diberi nama dengan arti 'sengsara' oleh orang tuanya ini, menjalani kehamilannya dengan sangat bahagia.  Tentunya dengan dukungan sang dari suami.  Saya masih ingat selama dirawat beliau selalu berusaha tampil segar, sering tersenyum, antusias setiap denyut jantung sang bayi akan diperiksa, dan bahkan sesekali bercanda dengan kami.

Ya, Ibu hamil memang perlu bahagia.  Banyak penelitian yang mengkaji adanya hubungan antara mood ibu saat hamil dengan watak dan perkembangan anak yang di dalam kandungan.  Salah satunya menyimpulkan terdapat hubungan antara Ibu yang mengalami anxietas, stress atau pun depresi pada saat hamil terhadap tingkah laku, dan kognitif anak. 1 Penelitian lain juga menyebutkan bahwa tingginya anxietas ibu saat hamil meningkatkan risiko anak mengalami gangguan psikologis 2 kali lipat. 2 Memang masih banyak diperlukan kajian lagi dalam bidang ini, terutama mengenai mekanisme yang menyebabkan serta variabel-variabel lain yang mempengaruhi.

Bagaimana pun, Ibu hamil, berbahagialah..! Bukan hanya karena anda akan melahirkan calon penerus generasi ini, tapi juga karena akan ada bayi mungil menanti anda di akhir proses persalinan dengan wangi khas nya yang melegakan.:D
Wallahu A’lam Bishawab

Referensi:
1.       O’Connor, Thomas G, Catherine Monk and Elizabeth M. Fitelson (2013). Practitional Review: Maternal mood in pregnancy and child development implications for child psychology and psychiatry. Journal of Child Psychology and Psychichiatry, volume 55 , Issue 2
2.       O’Donnel, Kieran J, et al (2014). The Persisting effect of maternal mood in pregnancy on childhood psychopathology. Journal of Development and Psychopathology Cambridge University. Volume 26, Issue 2.

5 komentar:

Comments:

Entri yang Diunggulkan

Saling mengingatkan pada kebaikan

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman ...