Ujian
bukanlah kata yang asing, apalagi bagi mahasisawa kedokteran.
Ujian blok bagi mahasiswa pendidikan dokter dan pendidikan dokter gigi
baru saja berakhir dan telah disambut pula dengan blok baru. Bagi mahasiswa progam studi ilmu keperawatan, kesehatan masyarakat dan
psikologi, ujian akhir semester pun telah menanti.
Setiap orang pasti berusaha keras, belajar giat untuk lulus dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam ujian. Namun, ketika hasil ujian keluar dan kelulusan telah diumumkan, benarkah semua yang lulus telah lulus pula dalam ujian lain yang lebih penting, yaitu ujian ‘kejujuran’? Benarkah esensi-esensi ujian dan kejujuran telah terpatri pada setiap mahasiswa FK unand? Sebenarnya, apakah makna ujian, apa tujuannya, apakah hanya sekedar untuk mencari nilai?
Ujian
di FK Unand, baik ujian blok atau pun ujian semester, adalah sebuah mekanisme
yang dibuat untuk mengetes, mengevaluasi apakah kompetensi-kompetensi yang ada
telah benar-benar dipahami oleh setiap mahasiswa agar mahasiswa yang
bersangkutan bisa naik ke tingkat selanjutnya dan akhirnya benar-benar bisa
dilepas ke dunia profesi . Jadi, apabila dalam proses pengevaluasian
tersebut mahasiswa tidak mengunakan kemampuannya sendiri (baca: tidak jujur
dalam ujian), tentulah percuma ujian tersebut dilakukan. Dan sebagai seorang muslim yang sejatinya
selalu mengharapkan keridhaan Allah, tak ada artinya apa yang kita lakukan bila
hal tersebut di luar koridor yang disukaiNya.
Sebenarnya,
hasil ujian ‘kejujuran’ tersebut bisa segera diketahui oleh mahasiswa yang
bersangkutan, lebih cepat dari hasil perhitungan komputer pada lembaran abo. Bagi yang merasa hasil ujian ‘kejujurannya’
buruk, segera beristighfar dan
bersiaplah memperbaiki diri. Bagi
yang hasil ujiannya baik, bersyukurlah karena syurga telah menanti sebagai
janji yang diberikan Allah.
Rasulullah
saw bersabda,
“Kamu harus berkata jujur, karena
sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan
itu menuntun ke surga, dan tidak henti-hentinya seseorang berkata jujur dan
berusaha untuk selalu jujur sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai ahli
jujur.
Dan jauhilah dusta, karena sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu menuntun ke neraka, dan tidak henti-hentinya seseorang berdusta dan berusaha berdusta sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai ahli dusta.”
(HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud)
Dan jauhilah dusta, karena sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu menuntun ke neraka, dan tidak henti-hentinya seseorang berdusta dan berusaha berdusta sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai ahli dusta.”
(HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud)
Marilah
kita tanamkan kejujuran mulai dari diri kita sendiri, dari hal-hal yang
terkecil dan mulai saat ini. Jangan
hanya berkecil hati karena tidak lulus ujian blok atau ujian semester, namun
lebih bersedihlah karena tidak lulus ujian kejujuran!
Nulis lagi dong meisya :)
BalasHapus